Holywings Ditutup? Simak Pentingnya Etika Dalam Beriklan

-

Holywings menjadi topik pembicaraan hangat akhir-akhir ini. Hal ini terjadi, lantaran pihak Holywings telah membuat iklan promosi minuman keras dengan mencatut nama Muhammad dan Maria.

Kurang lebih ujaran tersebut seperti ini, “bagi yang memiliki nama Muhammad dan juga Maria berhak mendapatkan sebotol minuman beralkohol secara gratis setiap hari kamis”. Sayangnya, iklan yang dinilai kreatif bagi pihak Holywings malah memicu kegaduhan dan juga kemarahan dari pelbagai pihak, terutama Umat Islam.

Bukan hanya memicu kegaduhan, iklan ini juga berbuntut panjang setelah pemprov DKI Jakarta mencabut izin dan menutup sejumlah outlet Holywings di Jakarta. Dikutip news.detik, tercatat ada 12 outlet Holywings yang ditutup oleh pihak Pemprov DKI Jakarta, berikut daftarnya:

  1. Holywings Kalideres
  2. Holywings Epicentrum
  3. Holywings Pantai Indah Kapuk
  4. Holywings Mega Kuningan
  5. Holywings Gatot Subroto
  6. Holywings Reserve Senayan
  7. Holywings Tanjung Duren
  8. Holywings Kelapa Gading
  9. Holywings Gunawarman
  10. Holywings Garrison Kemang
  11. Holywings Tiger Pantai Indah Kapuk
  12. Holywings Dragon Pantai Indah Kapuk

Bahkan, baru-baru ini Holywings juga digugat 100 miliar oleh 2 orang yang memiliki nama Muhammad, yakni Muhammad Faisal dan Muhammad Husni Mubarak. Sungguh dampak yang tak pernah terduga oleh pihak Holywings.

Lantas, pelajaran atau hikmah apa yang bisa kita ambil dari kasus Holywings. Dari point of view pemasaran jelas, jika iklan yang mengangkat isu sensitif seperti agama dan ras masih menjadi hal tabu untuk dipublikasikan.

Baca juga: 5 Cara Melakukan Promosi Online untuk Bisnis F&B

Oleh karena itu, kajilah manajemen risiko guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang bakal terjadi pada sebuah bisnis. Masih banyak pelajaran lain yang bisa diambil dari kasus Holywings dari sisi beriklan. Dilansir dari laman langit7, berikut pemaparannya.

Holywings Seharusnya Tidak Membuat Materi Iklan yang Rentan Dengan Isu SARA

source : canva

Konten atau materi iklan yang berisi isu SARA menjadi pelajaran berharga yang patut diambil dari kasus Holywings. Kita semua menyadari, jika isu SARA sangat sensitif di Indonesia hingga saat ini. Sudah banyak kasus atau dampak negatif yang disulut oleh isu SARA.

Baca juga: Lima Konflik SARA Paling Mengerikan Ini Pernah Terjadi di Indonesia

Seorang creative director beserta tim dituntut untuk membuat materi promosi kreatif yang mampu meningkatkan exposure atau bahkan menjadi viral. Namun sayangnya, mereka tidak cukup peka akan norma-norma yang menyangkut isu SARA.

Sehingga, konten iklan Holywings terlanjur mengeksploitasi simbol sakral dari kedua agama yang ada di Indonesia, yakni Agama Islam dan Katolik. Dari sinilah masalah demi masalah mulai menyeruak ke Holywings.

Selain isu SARA, nyatanya Holywings juga bertentangan dengan etika ataupun regulasi dalam dunia periklanan. Perlu Anda ketahui, regulasi periklanan yang diatur oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), minuman beralkohol dilarang untuk diiklankan di kanal media massa, seperti televisi, radio maupun media sosial.

Baca juga: Media Sosial x Bisnis

Bahkan, pemerintah telah mengeluarkan aturan yang lebih ketat tentang minuman keras. Dimana, minuman keras Golongan C (dengan kadar alkohol 20% sampai 50%) dilarang untuk diiklankan. Hal ini tertuang dalam Permenkes No.386 tahun 1994.

Pentingnya Verifikasi Materi Iklan

source : canva

Media sosial mampu memberikan kemudahan bagi banyak pebisnis untuk melakukan promosi dan menjangkau audiens secara luas. Sayangnya, kemudahan tersebut kerap mendatangkan masalah baru.

Tim marketing bisa saja kecolongan saat meng-upload materi iklan tanpa melalui verifikasi atau rentetan proses approval terlebih dahulu. Mungkin saja ini juga terjadi pada kasus iklan mirasnya Holywings. Karena itulah, diperlukannya sebuah sistem dalam bisnis yang bisa memverifikasi atau menyortir sebuah iklan secara ketat sebelum tayang.

Selain sistem approval atau verifikasi yang perlu diperketat, ada satu tahap awal yang perlu dijalani untuk agar terciptanya sebuah ide iklan yang sesuai, yakni FGD atau focus group discussion. Dikutip glints, FGD merupakan teknik diskusi dengan mengumpulkan sebuah kelompok untuk membahas satu topik secara spesifik. Dari FGD inilah biasanya akan tercipta suatu keputusan dari topik yang sedang dibahas, dalam konteks ini adalah materi iklan yang akan dipublikasikan.

Baca juga: 7 Trik Memanfaatkan Media Sosial untuk Tingkatkan Penjualan

Rapuhnya Sebuah Brand

source : canva

Ada satu fakta lainnya yang terkuat dari kasus Holywings, dimana sebuah brand itu sangat rapuh. Artinya, sebuah merek dagang atau brand bisa saja hancur dalam sekejap.

Holywings tidak dibangun dalam semalam! Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun brand sebesar Holywings dengan begitu banyak cabang. Akan tetapi, dengan satu kasus saja, Holywings bisa runtuh dalam sekejap.

Baca juga: Ingin Membuka Cabang Usaha Baru, Ikuti Tips Penting Berikut Ini!

KawanKAWN, sungguh disayangkan ya, kasus yang menimpa Holywings. Alih-alih ingin membuat iklan kreatif dengan exposure tinggi, malah berimbas pada penutupan outlet-nya.

Sekian artikel kali ini. Jika ada pertanyaan seputar etika beriklan, silahkan tulis di kolom komentar ya! Terima kasih!